rahasia penafsiran kitab wahyu
PERSPEKTIF HARAPAN DALAM KITAB WAHYU
4.
Dibandingkan dengan tulisan-tulisan Perjanjian Baru yang lain, Kitab
Wahyu terasa istimewa. Keistimewaan itu segera terasa kalau kitab itu
mulai dibaca. Gayanya, lambang-lambang yang dipakainya dan jalan
pikirannya sulit dimengerti, bahkan membingungkan [5]. Maka tidak
mengherankan kalau ada begitu banyak ragam tafsiran atas Kitab Wahyu,
termasuk penafsiran yang harus dikatakan aneh, dilihat dari sudut ilmu
tafsir yang lazim [6].
A. PENAFSIRAN YANG MENYIMPANG
5.1.
Salah satu contoh penafsiran ekstrem dan menyimpang dilihat dari sudut
ilmu tafsir yang lazim adalah yang dilakukan oleh seorang bernama Vernon
Wayne Howell, pemimpin kelompok yang menamakan diri Ranting Daud.
Mereka tinggal di suatu wilayah yang mereka sebut Ranch Apocalypse.
Sejak tanggal 28 Februari 1993, penanggung jawab keamanan Amerika
Serikat mengepung Ranch Apocalypse, karena penghuninya dianggap
melanggar hukum, yaitu menumpuk senjata dan amunisi secara ilegal.
Tetapi sekte yang menghuni Ranch itu berpikir
lain. Mereka dengan penuh keyakinan sedang mempersiapkan pertempuran
terakhir antara kekuatan baik melawan kekuatan jahat, yang menurut Why16:6
akan terjadi di Harmagedon. Ketika dikepung, pimpinan Rach itu
mengatakan baru bersedia menyerah kalau ia selesai menulis tafsiran
mengenai tujuh meterai yang disebut dalam Why5:1. Why5:2
memuat pertanyaan, "siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan
membuka meterai-meterainya ?". Pertanyaan ini dijawab pada Why5:5
:"… sesungguhnya singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah
menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh
meterainya". Atas dasar teks ini, Vernon Wayne Howell berganti nama. Ia
mengidentifikasi diri dengan tokoh yang disebut dalam teks tersebut dan
mengambil nama David Koresh. David adalah Daud yang disebut dalam ayat
itu, sedang Koresh adalah Raja Persia yang digunakan oleh Allah untuk
membebaskan umat-Nya dari pembuangan Babilonia (Yes4:5).
Dengan demikian ia menyamakan diri dengan Mesias, keturunan Daud dan
merasa dirinya sebagai mandataris untuk menuntun dunia ini ke perang
terakhir yang menentukan yang akan terjadi di Harmagedon. Ini semua
berakhir dengan bunuh diri massal yang terjadi pada hari Senin, tanggal
19 April 1993, ketika kamp mereka diserang oleh penanggungjawab keamanan
[7]. Tampaknya timbul dan tenggelamnya sekte-sekte yang menganut ajaran
sejenis itu tidak akan pernah berhenti [8]. Di
samping alasan-alasan sosio-religius dan sosio-psikologis, salah satu
pemicunya adalah penafsiran sewenang-wenang atas Kitab Wahyu.
5.2.
Harmagedon digambarkan sebagai padang fiktif. Nama ini adalah
transliterasi ke dalam bahasa Yunani dari nama kota Megido, yang
terletak pada celah pengunungan di wilayah Galilea. Karena tempatnya
amat strategis, merupakan persimpangan jalan dari Afrika (Mesir), Eropa
dan Asia, sejak jaman Perjanjian Lama kota itu selalu menjadi ajang
pertempuran. Menurut pemikiran David Koresh - atau mungkin lebih tepat
imaginasi ilusifnya - ,
pertempuran terakhir ini seharusnya terjadi di Timur Tengah, yang sampai
saat itu selalu berada dalam situasi politik yang panas. Situasi panas
itu dibayangkan akan menyulut perang nuklir yang menghancurkan dunia.
Tetapi ternyata sekitar tahun 1980, Timur Tengah menjadi relatif tenang.
Oleh karena itu, masih menurut imaginasi David Koresh, padang
kehancuran itu pindah ke Waco, Texas, Amerika Serikat. Ketika pasukan
keamanan benar-benar mengepung
Ranch Apocalypse itu, yakinlah mereka bahwa yang mereka rekonstruksi
benar-benar syah. Dan seperti sudah dikatakan, semuanya berakhir secara
tragis.
5.3.
Ternyata ada orang yang menafsirkan Kitab Wahyu dengan cara seperti
itu. Gaya penafsiran semacam ini, di lingkungan orang-orang yang berada
dalam situasi psikologis tertentu (misalnya, merasa hidup tidak
bermakna) menciptakan yang disebut "krisis mentalitas". Dengan
penafsiran seperti itu, orang dibuat tidak berani melawan, takut, tunduk
sampai disuruh apa pun mereka bersedia. Seolah-olah mereka terbius, dan
dalam keadaan seperti itu David Koresh memasukkan ide tentang akhir
jaman, perang antara yang baik dan yang jahat yang langsung melibatkan
seluruh diri mereka dan mempersatukan mereka untuk melakukan suatu
gerakan menghancurkan kejahatan.
5.4.
Seperti sudah dikatakan di atas, kelompok atau sekte Ranting Daud yang
dipimpin oleh David Koresh ini bukanlah yang pertama dalam sejarah, dan
juga bukan yang terakhir. Kelompok semacam ini biasanya muncul dalam
lingkungan masyarakat "marginal", tertekan atau kalah dalam percaturan
hidup di dunia ini. Beban-beban hidup terlalu berat untuk ditanggung.
Daya tahan mereka yang biasa, tidak cukup untuk menghadapi
tantangan-tantangan dunia ini. Oleh karena itu tidak jarang mereka
menciptakan dunia lain. Di dunia lain itulah mereka dapat tampil, merasa
terangkat dan mempunyai kuasa. Tidak mengherankan bahwa kelompok
seperti itu bisa bertumbuh subur di negera-negara maju, seperti Amerika
Serikat, Jepang dan Korea Selatan. Sebagian tidak kecil dari masyarakat
maju mengalami krisis identitas, bukan hanya sebagai pribadi tetapi
sebagai masyarakat. Mereka merasa resah, secara mental maupun spiritual.
Mereka berusaha mencari makna kehidupan, tetapi tidak sabar menanti
jawaban dalam perjuangan hidup yang nyata ini yang dianggap penuh dengan
kejahatan. Kalau proses semacam ini berlanjut, tahap berikutnya ialah
perasaan putus asa. Dan dalam keadaan seperti itu mereka mencari jalan
pintas yang dirasionalisasi dengan kategori-kategori berpikir keagamaan.
Dalam kombinasi itu mereka menemukan bentuk-bentuk kehidupan yang
ekstrem, biasanya dengan ciri-ciri berikut ini : ajarannya mudah,
jelas, dramatis, memanipulasi kerinduan atau ketakutan psikologis
tertentu (takut salah, sesal berlebihan, merasa berdosa). Salah satu
ajaran yang menyelesaikan segala-galanya adalah kiamat atau akhir jaman.
Kalau dunia kiamat, seluruh kesulitan dan kekacauan hidup ini akan
berakhir. Dalam konstruksi berpikir semacam ini, Kitab Wahyu bisa dengan
mudah disalahgunakan.
B. MENGGALI PESAN KITAB WAHYU
6.
Ternyata Kitab Wahyu dapat dengan mudah disalah-tafsirkan, bukan hanya
dalam tingkatan paham melainkan sampai ke tingkatan tindakan yang
melibatkan seluruh pribadi dan banyak orang. Sementara itu sebenarnya
penulis Kitab Wahyu, seperti halnya penulis-penulis Kitab Suci yang
lain, ingin mengembangkan iman para pembacanya agar mereka berani
bertahan dan teguh berjuang dalam peziarahan hidup nyata
yang penuh dengan tantangan ini. Pesan seperti itu hanya dapat
ditangkap, kalau Kitab Wahyu dimengerti dengan kaidah-kaidah penafsiran
yang lazim, yaitu dengan memperhatikan jenis sastra [9]
7.
Meskipun disebut Kitab Wahyu, tulisan ini tidak memuat
kebenaran-kebenaran yang samasekali baru dan berbeda dibandingkan dengan
tulisan-tulisan PB yang lain. Yang baru ialah gaya dan pengungkapannya
dalam cara berpikir umat kristiani yang sesuai dengan zamannya. Secara
sederhana bisa dikatakan bahwa isi pokok warta Kitab Suci Perjanjian
Baru adalah Kerajaan Allah. Perjanjian Lama merupakan persiapan
pewartaan itu. Injil-injil berisi pewartaan Kerajaan Allah oleh Yesus
dalam sabda dan karya-Nya. Kisah Para Rasul berisi pewartaan Kerajaan
Allah oleh Gereja yang sedang berkembang. Adapun Surat-surat
mengemukakan berbagai perwujudan Kerajaan Allah dalam kehidupan jemaat
yang menghadapi berbagai macam tantangan dan keadaan yang berbeda-beda.
Kitab Wahyu memusatkan perhatian pada kepenuhan Kerajaan Allah pada
akhir jaman. Untuk pewartaan itu digunakan jenis sastra apokaliptik.
8.
Sastra apokaliptik muncul setelah sastra kenabian berhenti. Ketika
sastra apokaliptik tidak dipakai lagi, yang muncul menyusul adalah
rabinisme.
8.1 Kenabian
Pada
dasarnya yang dilakukan oleh para nabi ialah membaca situasi aktual dan
mengartikannya dalam terang firman Allah. Para nabi bisa menjalankan
peran itu dengan baik karena mereka mempunyai
karisma kenabian yang tidak dimiliki oleh orang lain. Karisma kenabian
ini menjamin bahwa yang dipikirkan, dirasakan dan dikatakan oleh para
nabi benar-benar sesuai dengan pikiran, perasaan dan rencana Allah.
Kecuali itu mereka juga mempunyai "kemampuan analisis" yang tajam atas
situasi politik, budaya, keagamaan serta realitas kehidupan pada umumnya
yang seringkali amat kompleks. Atas dasar kemampuan itu para nabi
melontarkan kritik-kritik kenabian mereka dari dalam, sebagai
orang-orang yang sungguh terlibat dalam kehidupan bangsanya. Kata-kata
nabi disebut nubuat, bukan karena yang mereka katakan adalah ramalan
mengenai masa depan. Nubuat yang pasti terlaksana
adalah jaminan bahwa yang dikatakan oleh para nabi adalah benar-benar
firman Allah. Lama kelamaan arus kenabian ini menjadi lemah dan akhirnya
berhenti. Ada beberapa alasan yang dapat disebut. Pertama, kenisah sudah hancur, sehingga penyalah-gunaannya (=ibadah palsu) yang merupakan sasaran kritik keras para nabi juga
sudah tidak perlu lagi. Kecua, politik dan agama menjadi satu, sehingga
antitesis dialektis antara raja (=politik) dan nabi (=iman yang harus
mewujud dalam hidup nyata) tidak ada lagi. Akhir arus kenabian membuka
jalan bagi munculnya aliran dan sastra apokaliptik.
8.2. Apokaliptik
Kalau
pewartaan kenabian memusatkan perhatian pada masa sekarang, apokaliptik
mengarahkan perhatian ke masa depan, yaitu akhir sejarah. Akhir sejarah
ini dilihat sebagai tumpuan kepastian harapan. Atas dasar kepastian itu
orang dapat dan berani setia di jaman sekarang. Ada dua faktor yang
mendorong munculnya pola pemikiran seperti ini. Pertama, hidup iman
orang Yahudi sudah matang. Hidup iman ini dibangun atas dasar seluruh
Perjanjian Lama, yang isi pokoknya adalah keyakinan bahwa Allah selalu
setia dan menunjukkan belaskasihan-Nya. Kedua, situasi
sosial-politik-religius yang mencengkam. Karena iman mereka, orang-orang
beriman dianiaya secara besar-besaran . Dalam keadaan seperti itu
mereka harus menemukan makna pengalaman hidup mereka ini. Makna ini
ditemukan dalam keyakinan bahwa Allah yang sejak dulu setia, akan selalu
setia juga selama-lamanya. Kesetiaan Allah ini adalah jaminan bagi
akhir yang gilang gemilang, entah bagaimana dan entah kapan. Kalau para
nabi berkeyakinan bahwa keadaan sekarang harus berubah dan dibangun
kembali atas dasar sabda Tuhan, penulis apokaliptik mempunyai pandangan
lain. Secara populer pola berpikir apokaliptik dapat disejajarkan dengan
orang yang mau meloncat jauh. Seorang peloncat jauh akan mundur
mengambil ancang-ancang. Dari titik ancang-ancang ia akan berlari cepat
dan pada titik tertentu ia meloncat jauh ke depan. Pola berpikir
apokaliptik menilai keadaan dunia sekarang ini benar-benar mengerikan,
tidak dapat diperbaiki lagi. Untuk menilai kepada masa sekarang yang
kacau ini, ia mundur, mengenangkan karya-karya Allah di masa lampau.
Kesimpulannya ialah Allah selalu setia. Atas
dasar kayakinan ini diambil kesimpulan untuk masa depan : Allah yang
telah terbukti setia, akan selalu setia pula selama-lamanya. Maka, entah
bagaimana dan entah kapan, Allah yang setia itu akan memberikan
kemuliaan serta kemenangan kepada orang-orang yang percaya dan setia
kepada-Nya. Keyakinan iman
inilah yang menjadi landasan sekaligus kekuatan untuk berani dan setia
berjuang dalam kehidupan nyata yang penuh dengan kesulitan dan
tantangan.
8.3. Rabinisme
Setelah
arus apokaliptik mundur, muncullah arus baru yaitu rabinisme. Yang
berkembang dalam arus ini adalah tafsiran atas teks-teks Perjanjian Lama
dalam rangka usaha mengetrapkan dan mengartikannya secara aktual.
Muncullah Targumdan Talmud [10]
8.4.
Apokaliptik bukan satu-satunya jenis atau bentuk sastra yang dipakai
dalam Kitab Wahyu. Why 2-3 berbentuk surat. Bahkan dapat dikatakan bahwa
pada dasarnya Kitab Wahyu berciri kenabian [11]. Selain itu ada yang
melihat Kitab Wahyu sebagai buku liturgi yang menggunakan model liturgi Yahudi untuk mengungkapkan pengharapan [12]
9.
Seperti sudah dikatakan, tema dominan yang terdapat dalam Kitab Wahyu
ialah rahasia kesetiaan Allah. Kesetiaan Allah ini sudah dialami oleh
umat sepanjang sejarah dan diyakini akan berlangsung terus sampai
kepenuhan waktu. Kesetiaan Allah inilah yang menjamin
kemenangan gilang-gemilang, yang dijanjikan kepada umat yang juga setia
dalam pengharapan. Rahasia ini begitu besar dan mendalam, sehingga amat
sulit atau bahkan tidak mungkin dirumuskan.
9.1. Rahasia itu dapat ditangkap melalui berbagai cara. Yang dapat disebut adalah : campur tangan Roh (Why1:10 ; Why4:2), penglihatan (Why17:3 ; Why21:10 ; 54 x dalam Kitab Wahyu) dan perantaraan para malaikat (1:1; 67 x dalam Kitab Wahyu). Malaikat
adalah utusan Allah yang mempunyai berbagai macam peranan dalam
melaksanakan rencana penyelamatan Allah. Dalam banyak peristiwa
malaikat-malaikat itu tampil sebagai "penafsir", yang memberikan
penjelasan kepada para murid Yesus, mengenai peristiwa-peristiwa yang
sulit ditangkap (bdk Mat28:1-10 dsj; Yoh20:11-18). Sejalan dengan itu, penerangan Roh dan penglihatan perlu
dimengerti dengan kacamata yang sama, yaitu diletakkan dalam rangka
karya penyelamatan Allah. Kalau demikian, penglihatan dapat dikatakan
merupakan buah perenungan iman, penegasan dan pemahaman yang jernih
berkat bantuan rahmat. Penglihatan itu terjadi di hadapan Tuhan, di
tengah-tengah jemaat dan keadaan aktual. Kesimpulan ini cukup jelas dalam teks-teks berikut . Pada Why1:10,
dikatakan bahwa pada hari Tuhan, penulis dikuasai oleh Roh. Sebagai
buahnya ia menulis surat kepada ketujuh jemaat. Kemudian pada Why4:1-2,
sekali lagi penulis dikuasai oleh Roh. Karena itu ia mulai membaca
tanda-tanda jaman dan sejarah dunia pada umumnya dalam terang iman.
9.2. Rahasia Allah itu diungkapkan dalam lambang-lambang. Berbicara dengan menggunakan lambang adalah hal yang sangat biasa dalam Kitab Suci. Dalam 1Raj11:30-32
diceritakan mengenai nabi Ahia yang memegang kain baru yang di
badannya, lalu mengoyakkannya menjadi duabelas koyakan dan berkata
kepada Yerobeam, "Ambillah bagimu sepuluh koyakan, sebab beginilah
firman Tuhan, Allah Israel : sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan
itu dari tangan Salomo dan akan memberikan kepadamu sepuluh suku…".
Kebanyakan lambang yang dipakai dalam kitab Wahyu diambil dari tradisi
kenabian. Ada lambang umum: perempuan melambangkan jemaat (Why12:1) atau kota (Why 17:3); tanduk adalah lambang kekuasaan (Why5:6 ; Why12:3); terompet atau sangkakala adalah suara ilahi/surgawi yang menjadi tanda berlangsungnya karya Allah (Why1:10 ; Why8:2); jubah putih adalah lambang dunia kemuliaan (Why6:11 ; Why7:913); laut adalah lambang kuasa yang merusak, sumber malapetaka (Why13:1 ; Why21:1). Lambang itu juga dapat berupa warna : misalnya putih (Why1:14 ; Why2:17 ; Why6:11) berarti kemenangan; merah (Why6:4 ; Why17:3) berarti kekerasan, tetapi juga darah para martir; hitam ( Why 6:5.12) berarti kematian. Lambang juga bisa berupa angka : tujuh (Why1:11 ; Why3:1 ; Why8:1) berarti sempurna, utuh, penuh; enam (Why13:18) berarti tidak sempurna, sementara; tiga setengah (Why12:14)
juga berarti tidak sempurna, waktu pencobaan, penganiayaan; angka tiga
setengah ini bisa mengambil beberapa bentuk, misalnya satu masa tambah
dua masa tambah setengah masa, yang sama dengan empat puluh dua bulan (Why11:2 ; Why13:5) atau 1260 hari (Why11:3 ; Why12:6); duabelas melambangkan Israel; seribu adalah jumlah yang tak dapat dihitung (Why7:4-8 ; Why14:1-5) [13]
10.
Keyakinan iman pokok yang termuat dalam Kitab Wahyu dapat dirumuskan
dengan kata lain sebagai berikut : sejarah, dalam segala perputarannya
berada dalam rencana serta kuasa Allah yang selalu setia. Sejarah itu
akan disempurnakan oleh Allah yang sama. Kesimpulan itu dapat dijelaskan
atas dasar ayat-ayat kunci dalam Kitab Wahyu.
10.1. Rencana penyelamatan Allah amat jelas terungkap dalam rangkaian teks-teks berikut ini. Menurut Why4:2,
dalam penglihatan Yohanes melihat "sebuah takhta berdiri di surga, dan
di takhta itu duduk Seorang". Selanjutnya "di tangan kanan Dia yang
duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah
dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai" (5:2).
Kemudian pada Why5:7
dikatakan, "Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab
itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu". Dialah "singa dari
suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka
gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya" (5:5). Rangkaian
ayat-ayat ini amat jelas menunjukkan bahwa Allah yang Mahakuasa (=duduk
di atas takhta) mempunyai rencana penyelamatan (=gulungan kitab).
Rencana penyelamatan ini akan dinyatakan, dilaksanakan dan diselesaikan
oleh Yesus, Sang Anak Domba (=Mesias, singa dari suku Yehuda, keturunan
Daud).
10.2.
Namun keyakinan ini tampaknya tidak sejalan dengan kenyataan yang
dihadapi oleh Gereja. Gereja Kristus yang memandang diri sebagai Israel
baru, justru dimusuhi oleh agama Yahudi. Sementara itu malapetaka yang
menimpa Yerusalem pada tahun 70 M juga masih terasa menggoncangkan. Dari
sudut pandangan lain, Gereja harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan
politik totaliter dan menderita di bawah pemerintahan itu (Why12-20).
Yang dimaksudkan dengan kekuatan politik totaliter adalah kekaisaran
Romawi. Kendati keadaan seperti ini, ditunjukkan dengan jelas bahwa
sejarah berada di bawah kuasa Allah. Ini
tampak misalnya dalam munculnya kuda dengan berbagai macam warna dalam
Why 6. Yang muncul pertama adalah kuda putih (ay 2). Mengenai kuda putih
ini dikatakan, "… ada seekor kuda putih, dan orang yang menungganginya
memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia
maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan". Kuda putih ini amat
berbeda dibandingkan dengan kuda-kuda lain, kuda merah (ay 4), kuda
hitam (ay 5), kuda hijau kuning (ay 8) yang dihubungkan dengan kekuatan
jahat yang mengambil damai sejahtera (ay 4), menyebarkan ketidakadilan (ay 6) dan mendatangkan maut (ay 8). Apalagi kalau dibaca bersama Why19:11,
lalu kelihatan bahwa penunggang kuda putih itu bernama "Yang Setia dan
Yang Benar". Dengan kata lain, kuda-kuda yang lain boleh tampil baru
sesudah kuda putih tampil dengan membawa kepastian kemenangan. Selain
itu perlu diperhatikan pula bahwa kuda-kuda itu baru dapat tampil
sesudah diberi kesempatan "mari" (ay 2, 3, 5, 7).
10.3. Pelaksanaan rencana penyelamatan Allah tampak jelas dalam "rangkaian tujuh" yang terdiri dari tujuh meterai (Why6:1-17 ; Why8:1-5), tujuh sangkakala yang ditiup setelah meterai ketujuh dibuka (Why8:1-2 ; Why8:6-9:21) dan tujuh cawan murka Allah (Why15:5-8]). Pada waktu cawan ketujuh ditumpahkan (Why16:17), terlaksanalah karya penyelamatan Allah itu : Bebel, lambang kuasa jahat jatuh (Why17:1 ; Why20:3).
10.4. Akhirnya jelas pula dinyatakan bahwa sejarah dunia ini akan disempurnakan dan dipenuhi oleh Allah.
Kebahagiaan dan damai sejahtera abadi bukanlah hasil usaha manusia
saja, melainkan pertama-tama adalah anugerah Allah. Akhir Kitab Wahyu
mengatakan, "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" (Why21:5).
Di tempat lain dikatakan, "Lalu di dalam roh ia membawa aku ke atas
sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota
yang kudus itu, Yerusalem, turun dari surga, dari Allah" (Why21:10). Kedua teks ini dengan jelas menyatakan bahwa pelaku utama penyempurnaan sejarah ini adalah Allah sendiri.
C. MENAFSIRKAN WHY 12:1-18
11. Why12:1-18
dipilih untuk ditafsirkan secara lebih teliti dengan beberapa alasan.
Pertama, karena letaknya yang sentral dalam keseluruhan Kitab Wahyu
[14]. Kedua, sentralitas perikope ini bukan hanya dalam arti literer,
tetapi juga liturgis [15] dan teologis. Dengan menafsirkan perikope ini,
gagasan teologis yang dikembangkan dalam makalah ini memperoleh landasan yang semakin kuat.
11. 1.Teks
1.Maka
tampaklah suatu tanda besar di langit : Seorang perempuan
berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah
mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. 2. Ia sedang
mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia
berteriak kesakitan. 3. Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit;
dan lihatlah, seekor naga merah-padam yang besar, berkepala tujuh dan
bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. 4. Dan
ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan
melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan
yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah
perempuan itu melahirkan-Nya. 5. Maka ia melahirkan seorang Anak
laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi;
tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke
takhta-Nya. 6. Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah
disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ
seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
7.Maka
timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya
berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh
malaikat-malaikatnya, 8 tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak
mendapat tempat lagi di sorga. 9 Dan naga besar itu dilemparkan ke
bawah, si ular tua, yang disebut Iblis dan Satan, yang menyesatkan
seluruh dunia; ia dilemparkan di atas bumi, bersama-sama dengan
malaikat-malaikatny.
10.
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata:"Sekarang telah
tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan
Kristus-Nya, karena telah dilemparkan ke
bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan
malam di hadapan Allah kita. 11 Dan mereka mengalahkan dia oleh darah
Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak
mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. 12 Karena itu
bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya,
celakalah kamu, hai bumi dan laut! Karena Iblis telah turun kepadamu,
dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah
singkat
13.
Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia
memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. 14 Kepada
perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya
ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia diperlihara jauh
dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
15 Lalu ular itu, menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke
arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu. 16 Tetapi bumi
datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai
yang disemburkan naga dari mulutnya. 17 Maka marahlah naga itu kepada
perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang
menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksiah Yesus. 18 Dan ia
tinggal berdiri di pantai laut.
11.2. Konteks literer
Why
12:1-18 dalam struktur Kitab Wahyu terdapat pada bagian yang
menggambarkan pelaksanaan sejarah penyelamatan yang dilambangkan dengan
ditiupnya sangkakala. "Tidak akan ada penundaan lagi! Tetapi pada waktu
bunyi sangkakala dari malaikat yang ketujuh, yaitu apabila ia meniup
sangkakalanya, maka akan genaplah keputusan rahasia Allah, seperti yang
telah Ia beritakan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu para nabi" (Why10:7). Peniupan sangkakali ketujuh (Why11:15) disusul oleh nyanyian pujian yang mengungkapkan kepastian kemenangan (Why11:15-19) [16]. Kerajaan Allah menjadi kenyataan, tata keselamatan yang baru tiba (Why12:1 ; Why14:18).
Kemenangan ini selanjutnya dibeberkan dengan hancurnya musuh, ketika
muncul tanda di langit berupa tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka
yang akan segera dituangkan (Why 15-19). Kitab Wahyu ditutup dengan
adegan "Dia yang duduk di atas takhta" (Why20:11) yang seolah-olah mengulangi adegan awal yang sama (Why4:2). Keduanya membentuk bingkai awal dan akhir. Yang menjadi permenungan adalah : manakah tempat Gereja dalam sejarah ini? Jawaban atas pertanyaan ini terungkap dalam dua tanda yang muncul pada Why12:1-18.
11.3. Latar belakang budaya [17]
Ternyata ada kisah yang amat mirip dengan kisah yang terdapat dalam Why12:1-18,
yaitu legenda mengenai kelahiran dewa Apollo. Legenda ini berkaitan
dengan pulau bernama Delos, yang terletak tidak jauh dari pulau Patmos,
tempat Yohanes tinggal. Delos adalah pulau suci bagi
orang Yunani, karena menurut legenda yang tentunya dikenal oleh para
pembaca tulisan Yohanes ini, di pulau itulah Apollo dilahirkan. Legenda
ini mulai dengan hamilnya Leto, ibu Apollo, oleh Zeus. Naga Python
berusaha membunuh anak yang dikandung oleh Leto, karena kelak anak itu
akan menggeser kedudukan naga di Delfi, pusat keagamaan Yunani. Zeus
memerintahkan dewa angin dan dewa laut yang bernama Poseidon untuk
membantu Leto. Karena itu Leto dibawa ke pulau Delos untuk menyelamatkan
diri dari naga Python. Akhirnya Leto melahirkan dengan selamat. Apollo
lalu pergi ke Delfi dan membunuh naga itu. Kelahiran Apollo dan
terbunuhnya naga mengawali suatu jaman keemasan, jaman damai, aman dan
sejahtera. Tidak mustahil bahwa kisah yang terdapat dalam Why 12 ini
mempunyai latar belakang kisah populer yang amat terkenal itu. Legenda
ini, seperti halnya mitos-mitos yang lain, merupakan penafsiran atas
konflik kosmis antara kebaikan dan kejahatan. Kesimpulan kisah selalu
sama, yaitu pada akhirnya kebaikan akan selalu mengalahkan kejahatan.
Para penguasa Roma menggunakan legenda ini untuk kepentingan politis.
Kaisar Agustus menyatakan bahwa masa pemerintahannya adalah jaman
keemasan itu, dan bahwa dirinya adalah titisan Apollo. Kaisar Nero
membuat patung dirinya dan menamakannya patung dewa Apollo.
Lambang-lambang legenda Apollo menghiasi mata uang Romawi yang sekaligus
bergambar kaisar. Jadi warga Romawi sungguh amat mengenal legenda ini.
11.4. Susunan teks
Why12:1-18 tersusun dengan cukup jelas. Why12:7-12
adalah sisipan yang ditempatkan di antara dua perikope yang berbicara
mengenai dua tanda yaitu perempuan dan naga (ay 1-6. 13-18). Dengan
demikian perikope ini terdiri dari dua bagian : perempuan dan naga, ay
1-6.13-18; dan sisipan yang menceritakan pertempuran di sorga antara
Mikhael dengan naga (ay 7-12).
11.5. Penafsiran
Perikope
ini mulai dengan suatu pernyataan meriah, "Maka tampaklah suatu tanda
besar di langit…". Dalam Injil Yohanes, "tanda" berarti karya
penyelamatan Allah. Sesudah Yesus melakukan karya agung mengubah air
menjadi anggur, dikatakan, "Hal itu dibuat Yesus di Kana … sebagai yang
pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan
kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya" (Yoh2:11; bdk.Yoh4:54).
Seperti halnya terbukanya Bait Allah dan tabut perjanjian yang kelihatan di dalamnya (Why11:19) berhubungan dengan peniupan sangkakala ketujuh (Why11:15), demikian juga tampaknya tanda besar ini. Tiupan sangkakala tidak hanya berarti ancaman. Mengacu pada Yos6:1-16,
tiupan sangkakala pada hari ketujuh berarti tanda awal kemenangan
definitif. Tembok kota Yerikho runtuh, "sebab Tuhan telah menyerahkan
kota itu kepada kamu" (ay 16). Dengan demikian tampaknya tanda-tanda ini
pun memuat pesan yang menyatakan bahwa karya penyelamatan Allah
mencapai tahap definitif.
Ada
tiga tanda di langit yang disebut dalam Kitab Wahyu, yaitu perempuan
(12:1), naga (12:3) dan tujuh malaekat dengan tujuh malapetaka terakhir
(15:1). Ketiga tanda ini tampaknya mempunyai kaitan dengan keluaran dari
Mesir. Perlindungan ilahi yang diungkapkan dalam berbagai lambang
terhadap perempuan, mengingatkan orang akan jaminan dan perlindungan
yang diberikan kepada umat pada waktu keluaran dari Mesir dan selama
mereka tinggal di padang gurun. Sementara itu, naga dalam Kitab Suci
dipakai untuk melambangkan musuh umat Allah, yang pada waktu keluaran
adalah Firaun (Yes51:9; bdk Yeh29:3; Yeh32:2).
Selanjutnya malaikat dengan tujuh malapetaka mengawali Why 15 yang
merupakan himne kemenangan. Himne ini mengingatkan orang akan nyanyian
Musa yang dikidungkan sesudah penyeberangan Laut Teberau (Kel 15).
Kaitan tanda-tanda ini dengan keluaran dari Mesir, menegaskan lagi ciri
definitif karya penyelamatan yang diwartakan dalam perikope ini.
Tanda pertama yang besar : perempuan
Ada
beberapa kemungkinan tafsiran mengenai tanda pertama, yang disebut
tanda besar. Ada penafsir yang dengan tegas mengatakan bahwa perempuan
itu adalah Maria [18]. Sementara itu penafsir lain sebaliknya mengatakan
bahwa tafsiran semacam itu tidak ada dasarnya samasekali [19]. Para
penafsir modern pada umumnya berpendapat bahwa kaitan tanda perempuan
dengan Maria, Ibu Yesus, adalah sekunder. Arti primer tanda perempuan
adalah Gereja, dengan berbagai variasinya [20]. Tanpa maksud
mengesampingkan arti sekunder, yang akan diperhatikan adalah arti primer
dari tanda perempuan.
Kitab
Wahyu memuat tidak kurang 400 alusi pada Perjanjian Lama. Dari
antaranya ada teks-teks penting berhubungan dengan tanda perempuan.
Menurut Yes7:14 – seperti dalam Why 12 – diberikan tanda perempuan yang mengandung dan akan melahirkan Mesias. Yang istimewa dalam Why12:1
adalah bahwa tanda itu ada di langit. Dengan cara ini rupanya penulis
ingin berbicara mengenai pemulihan Kerajaan Allah secara sempurna dan
definitif – seperti halnya dalam Why11:19 ia berbicara mengenai pemulihan perjanjian secara sempurna dan definitif. Selain itu, Yes60:20-21
memberikan gambaran mengenai umat Allah ideal, yang hidup pada jaman
eskatologis. Tuhan sendiri yang akan menjadi penerang bagi umat itu. Dan
bagi mereka ini "akan ada matahari yang tidak pernah terbenam dan bulan
yang tidak surut". Dengan latar belakang ini, perempuan dalam Why 12:1
adalah personifikasi umat Allah, yang dimuliakan dan disinari terang
ilahi.
Masih
ada dua teks dari Kitab Nabi Yesaya yang tampaknya berkaitan dengan Why
12:1. Keduanya menyebut perkandungan dan kelahiran metaforis oleh umat
Allah. Yes26:17-18
mengatakan, "Seperti perempuan yang mengandung yang sudah dekat
waktunya untuk melahirkan, menggeliat sakit, mengerang karena sakit
beranak, demikianlah tadinya keadaan kami di hadapan-Mu, ya Tuhan : Kami
mengandung, kami menggeliat sakit, tetapi seakan-akan kami melahirkan
angin : kami tidak dapat mengadakan keselamatan di bumi…". Sedang Yes66:7-8
mengatakan, "Sebelum menggeliat sakit, ia sudah bersalin, sebelum
mengalami sakit beranak, ia sudah melahirkan anak laki-laki… Masakah
suatu negeri diperanakkan dalam satu hari, atau suatu bangsa dilahirkan
dalam satu kali?". Apa maksud Yohanes menggabungkan dua teks ini dalam
Why 12 ? Tampaknya yang ingin disampaikan adalah pesan ini : Israel
sadar akan panggilannya sebagai umat untuk melahirkan Mesias, yang akan
memberikan keselamatan kepada dunia. Namun untuk mengerti maksud Yohanes
yang lebih penuh mengenai kelahiran Mesias, perlu diperhatikan apa yang ditulis dalam Yoh16:19-22.
Dalam perikope ini Yesus berbicara mengenai kesusahan sengsara-Nya dan
kegembiraan kebangkitan-Nya. Untuk menjelaskan hal ini, Ia menggunakan
gambaran perempuan yang melahirkan : "Seorang perempuan berdukacita pada
saat ia melahikran, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak
ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia
telah dilahirkan ke dunia" (Yoh 16:21). Dengan latar belakang Yes26:17-18 dan Yes66:7],
Yohanes ingin mengatakan bahwa kesusahan yang dialami oleh para murid
dalam sengsara Tuhan, harus dialami sebagai keikutsertaan dalam
kesusahan mesianis, demi datangnya keselamatan. Murid-murid ini adalah
sisa-sisa Israel, yang sejarahnya dikisahkan dalam Why4-11. Dari kawanan kecil murid yang setia, yang dipersonifikasikan dalam diri perempuan, akan lahir umat baru.
Dengan
demikian tampak bahwa tanda perempuan dalam Why 12:1 adalah lambang
yang kompleks. Dia dapat berarti umat Israel, dan dari "sisa" Israel
akan lahir Kristus. Dia juga bisa berarti Gereja, ibu semua orang yang
percaya. Perempuan juga bisa berarti Yerusalem Surgawi yang dikisahkan
dalam Why 21. Dengan demikian, yang dilambangkan bukan hanya umat Allah
yang berada dalam sejarah, melainkan juga yang mempralambangkan
Yerusalem Surgawi. Segi ilahi umat Allah inilah yang dinyatakan dengan
lambang-lambang lainnya, yaitu matahari, bulan dan mahkota duabelas
bintang.
Jadi
siapakah perempuan itu ? Kiranya yang dimaksudkan adalah umat Allah,
dipandang dari ciri adikodratinya : umat yang dicintai oleh Allah,
subur, dipenuhi dengan anugerah-anugerah yang paling baik, hidup
abadinya terjamin. Jemaat sekarang membaca pengalaman hidupnya yang
nyata dengan cermin ini.
Kesimpulan
di atas masih dapat didukung oleh lambang-lambang yang menjadi dandanan
perempuan itu. Lambang-lambang itu dapat ditafsirkan dengan berbagai
macam cara. Matahari, bulan dan bintang dalam mitologi kuno adalah
benda-benda langit dan berarti berciri ilahi. Dalam garis pemikiran ini,
perempuan itu mempunyai ciri ilahi. Penafsiran lain juga mungkin. Dalam
Kitab Suci, matahari adalah ciptaan Allah yang istimewa. Dengan
matahari itu Allah mendandani perempuan. Artinya, perempuan itu
dikasihi-Nya, dipenuhi dengan anugerah-anugerah yang paling baik. Dengan
demikian perempuan dapat melaksanakan tuntutan perjanjian dengan
sebaik-baiknya. Sementara itu bulan yang menurut keyakinan Perjanjian
Lama berperan sebagai pengatur waktu, berada di bawah kaki perempuan.
Mungkin dengan itu mau dikatakan bahwa perumpuan itu sepenuhnya
menguasai waktu. Ia bukan realitas yang hanya ditentukan oleh waktu,
tetapi sekaligus mengatasinya. Kalau benar demikian, ciri ilahi umat
Allah menjadi semakin jelas.
Selain
itu, perempuan itu bermahkota dua belas bintang. Mahkota adalah lambang
kemenangan akhir. Angka duabelas berkaitan dengan dua belas suku Israel
dan dua belas rasul yang melambangkan umat Allah, baik dalam Perjanjian
Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Dua belas bintang dengan demikian
adalah lambang seluruh umat Allah. Sementara itu angka duabelas hanya
dipakai untuk tanda perempuan. Angka ini akan dipakai lagi dalam Why
21-22. Dengan demikian angka duabelas amat dekat dengan realitas ciptaan
baru dan ilahi.
Pada Why12:2
panggung rasanya tiba-tiba berubah, meskipun tokoh utama tetap
perempuan itu. Ada satu paradoks yang menonjol. Perempuan yang sudah
dimahkotai dengan dua belas bintang itu sedang mengandung dan
dalam keluhan dan penderita-annya hendak melahirkan ia berteriak
kesakitan. Dengan memperhitungkan seluruh suasana perikope ini, yang
dimaksudkan kiranya adalah paradoks salib dan kebangkitan. Dengan
paradoks ini penulis mau menyatakan bahwa Gereja ikut ambil bagian dalam
kemenangan definitif Kristus terhadap kejahatan. Seperti halnya Gereja
Smirna (Why2:10),
mahkota kemenangan diberikan kepada Gereja yang berhasil melawan Setan
di dunia. Dengan mahkota dua belas bintang, perempuan adalah lambang
Gereja yang tidak bisa dihancurkan, yang abadi, kendati dalam sejarah ia
berada dalam kesulitan. Inilah pesan utama yang disampaikan oleh
penulis kepada pembaca : meneguhkan harapan dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Kepada Gereka yang mengalami penganiayaan, Yohanes menegaskan keyakinan iman yang mendasar. Gereja tidak akan pernah dapat dihancurkan oleh siapa pun. Dengan demikian Why12:1-2
adalah pengantar yang amat penting untuk masuk ke bagian kedua (Why
12-22) yaitu membantu para pembaca menjawab masalah eksistensial mereka,
mengapa mereka mengalami penganiayaan ?
Tanda kedua : Naga
Untuk
lebih memahami kelahiran dan penderitaan yang dialami oleh perempuan
itu, harus dipertimbangkan tanda kedua yang muncul dan berlawanan dengan
tanda yang pertama, yaitu naga (ay 3-4). Naga adalah ular besar, tetapi
bukan tanda besar. Naga ini berwarna merah padam, warna api dan darah
yang melambangkan kuasa kematian yang dahsyat. Ia adalah raja
(=bermahkota tujuh) yang cerdik (=bermahkota tujuh) dan berkuasa
(=bertanduk sepuluh). Naga adalah musuh yang mengerikan. Siapakah dia
sebenarnya ?
Identitas
baru diberikan pada ay 9, ketika ia sudah dikalahkan dan dilemparkan ke
bumi. Dia adalah "si ular tua, yang disebut Iblis atau Setan, yang
menyesatkan seluruh dunia". Sebutan-sebutan ini merangkum semua
lambang-lambang kekuatan jahat, yang tujuannya adalah menyesatkan. Sejak
dosa manusia pertama, kekuatan ini tidak perenah berhenti menyesatkan
orang; artinya, membelokkan orang dari jalan Tuhan, jalan kehidupan dan
kebahagiaan. Dia adalah "ular tua" yang menjanjikan kehidupan dan
pengetahuan yang hanya bisa diberikan oleh Allah sendiri. Dengan kata
lain, dia menjerumuskan orang kepada penyembahan berhala. Dia adalah
Iblis yang memecah-belah. Dengan demikian pekerjaannya bertolak belakang
dengan Tuhan Perjanjian, yang melalui penjelmaan, wafat dan
kebangkitan-Nya, menyempurnakan perjanjian itu. Dia menyesatkan seluruh
dunia; artinya, jalan-jalan Tuhan ia kacaukan, sehingga tujuan hidup
manusia tidak jelas lagi dan dengan demikian tidak bisa tercapai juga.
Dia adalah Setan, yang disebut si pendakwa. Dalam Kitab Ayub, dia tampil
pada sidang surgawi. Dia berjalan-jalan di bumi untuk mengumpulkan
bukti-bukti dakwaan terhadap manusia. Dia berperang melawan Mikhael,
yang berarti "siapa seperti Allah?". Dengan cara ini ditunjukkan niat
Iblis untuk menjadi seperti Allah.
Sampai
titik tertentu, naga masih diam di atas. Tetapi sejak kelahiran anak
dari perempuan, Setan tidak mempunya tempat lagi di sana, "… telah
dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka
siang dan malam" (Why12:10). Inilah yang dalam Injil Yohanes dikatakan dengan cara lain, "Sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar" (Yoh12:31).
Dengan cara ini mau dikatakan bahwa dunia telah dihakimi. Yesus menjadi
pembela kita. Ia menanggung dosa-dosa dunia dan menggagalkan semua
usaha Setan yang mau mencelakakan umat manusia.
Penulis
Kitab Wahyu melukiskan keyakinan iman ini dengan cara yang amat hidup :
naga berdiri di hadapan perempuan agar dapat menelan anak yang akan
lahir. Tetapi anak itu dirampas dandibawa lari kepada Allah. Inilah
kekalahan Setan, berkat wafat dan kebangkitan Yesus, yang dinyatakan
pada Why12:10-11
:"Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah
kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke
bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan
malam di hadapan Allah kita". Inilah saat kenenangan Gereja, ".. dan
mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba" (ay 11).
Dengan
cara ini Yohanes ingin menyampaikan pesan khusus kepada Gereja (-gereja
di Asia) yang mengalami penganiayaan : Setan telah dikalahkan. Tidak
ada lagi kekuatan jahat "di atas". Kalau masih ada, perang dengan Setan
hanya terjadi di bawah, di dunia. Itulah yang dialami oleh "keturunan
lain dari perempuan yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki
kesaksian Yesus" (Why12:17).
Yang bisa dikerjakan oleh Setan adalah melampiaskan kemarahan kepada
manusia. Ini terwujud dalam penganiayaan yang dikerjakan oleh
pemerintahan Romawi. Tetapi ia tidak berdaya terhadap Gereja (bdk Yoh14:30 ; Yoh16:33). Itulah sebabnya naga itu "tinggal di pantai laut" (Why12:18).
Gereja Asia yang dituju oleh Kitab Wahyu dengan mudah menangkap maksud
ini : dari laut, dari barat datang invasi kekaisaran Romawi.
Naga hendak menelan anak yang akan dilahirkan
Dengan
majunya kisah, perlambangan menjadi lebih rumit. Pertanyaannya menjadi,
"Apa arti kelahiran itu? Siapakah yang akan dilahirkan, sehingga naga
mengancam untuk membunuhnya ?" Penulis memberikan jawaban yang jelas,
"Maka ia melahirkan seorang anak laki-laki, yang akan menggembalakan
semua bangsa dengan gada besi" (ay 5b). Kalimat ini mempunyai latar
belakang Mzm2:9 dan Yes66:7.
Kedua teks itu dalam Perjanjian Baru selalu dihubungkan dengan Kristus,
demikian juga dalam Kitab Wahyu. Yang akan menggembalakan segala bangsa
dengan tongkat besi adalah Kristus. Yang dimaksudkan ialah Kristus pada
jaman akhir : kalau karya penyelamatan sampai pada penyelesaiannya,
Kristus akan menampakkan kemenangan-Nya atas kejahatan (bdk Why19:11-16).
Dan Kristus itu lahir dari Gereja. Jemaat sadar bahwa dirinya adalah
perempuan yang ditampilkan dalam tanda itu. Dirinya-lah yang dengan
segala macam usaha, hari demi hari, harus menyatakan Kristusnya. Kristus
itu akan menjadi nyata dalam segala hal baik, yang berhasil dilakukan
oleh Gereja, termasuk kebaikan yang mungkin tidak dilihat orang, yang
tidak diterima atau dihargai. Semua yang "dilahirkan" oleh Gereja itu
akan sangat berperan dalam membangun tubuh Kristus yang sempurna (bdk Ef4:13).
Rasul
Paulus sudah merasakan bahwa pengalaman pahit dan gelap dalam karya
kerasulan dapat menjadi sarana untuk memahat gambar Kristus dalam diri
orang lain. Ia menulis, "Hai anak-anakku, karena kamu akan menderita
sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata dalam kamu" (Gal4:19).
Jemaat
sangat bergembira dapat melihat perspektif yang memberikan makna kepada
segala segi kehidupannya. Namun jemaat juga tidak dapat melupakan
keadaan hidupnya yang nyata. Ia bertanya, apakah usaha-usaha yang dapat
dicoba di tengah-tengah keadaan sulit yang dihadapinya ? Keadaan yang
tampaknya tidak dapat ditembus? Apakah arti kebaikan di tengah-tengah
kejahatan yang terorganisasi dengan rapi ? Apakah jemaat tidak sedang
bermimpi kalau dikatakan bahwa ia akan berhasil menampakkan wajah
Kristus dalam usaha sehari-hari mereka ? Apakah realistis mengatakan
bahwa akhirnya Kristus akan mengalahkan kekuatan-kekuatan jahat secara
definitif kalau kejahatan itu sekarang tampak begitu perkasa ?
Penulis
memberikan jawaban yang membesarkan hati, sekaligus menantang : "…
tiba-tiba anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke
takhta-Nya. Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan
suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia diperlihara di situ seribu
dua ratus enam puluh hari lamanya" (ay 5b-6).
Hal-hal
baik yang berhasil dilakukan oleh Gereja, betapa kecil dan kelihatannya
tidak berarti di hadapan kekuatan jahat yang raksasa, sungguh berperan
dalam mengukir wajah Kristus, sampai menjadi nyata dalam kehidupan.
Tidak ada pekerjaan baik yang sia-sia. Dengan lambang yang sangat hidup
dinyatakan bahwa yang dilahirkan
oleh Gereja dalam penderitaan akan diambil dan dibawa ke hadapan Allah
dan dalam perlindungan kuasa-Nya. Tidak ada kekuatan manusiawi dan
kekuatan jahat mana pun yang dapat merampasnya.
Perempuan
itu sendiri lagi ke padang gurun (ay 6). Dalam Perjanjian Lama padang
gurun adalah tempat percobaan, pemurnian, pematangan hubungan antara
Allah dengan umat. Padang gurun juga tempat mengalami "kasih masa
muda"(=keluaran dari Mesir), pengalaman kasih yang pertama. Gereja perlu
merasa bahwa padang gurun adalah tempat tinggalnya yang biasa selama
dalam peziarahan masa ini. Ia ditantang untuk tidak menyimpang dari
jalan Allah kendati merasa lelah dalam perjalanan, tetap berharap dan
percaya, menunjukkan jati diri dalam keadaan tertekan. Ini semua
pertama-tama adalah tantangan untuk menunjukkan kasih yang radikal dan
penuh.
Demikian
bolehlah disimpulkan, bahwa Allah telah melengkapi Gereja dengan
kasih-Nya : memberikan yang paling baik kepadanya, memberikan jaminan
kemenangan akhir, membiarkan Gereja mengalami rupa Kristus yang menjadi
semakin nyata dalam sejarah; dan selama masa sulit yang dilalui Gereja,
Tuhan selalu menyertainya. Dengan demikian jemaat tidak dapat lain
kecuali bersyukur dan menyatakan kesediaannya untuk menerima dan
menjalan tugas konkret yang tidak mudah. Ia tidak boleh bermimpi
mengenai yang indah, tetapi juga tidak terperosok ke dalam pesimisme
suram.
Naga memburu perempuan
Karena
dikalahkan (ay 7-9), naga memburu perempuan. Meskipun Mesias menang
atas Iblis, Iblis terus memburu perempuan yang lemah dan tidak berdaya
itu. Gambar perlambangan ini tampaknya berlatar belakang keluaran dari
Mesir dan tinggalnya umat Allah di padang gurun. Sebagaimana halnya
dengan umat Allah, perempuan itu pun sedang berada dalam kesulitan besar
dan diancam oleh kekuatan yang dahsyat. Tuhan tidak tinggal diam. Ia
datang, membantu, melindungi, memberi makan (bdk Kel19:4)
serta membatasi masa penindasan selama tiga setengah masa atau 1260
hari (ay 14). Naga tetap menimbulkan kekacauan dengan menyemburkan air.
Ini adalah banjir bandang yang mau menenggelamkan perempuan (bdk Mzm32:6 ; Mzm124:4-5 ; Yes43:2).
Untunglah bumi datang menolong perempuan itu dengan menelan sungai yang
disemburkan naga. Dengan demikian bumi dimengerti sebagai ciptaan Allah
yang baik yang berpihak pada umat Allah (bdk. Bil16:30 ; Bil26:10 ; Ul11:6).
Naga
mencoba berbagai macam cara tetapi ternyata gagal (ay 17). Karena itu
serangan dialihkan ke orang beriman yang lain (=keturunannya yang lain).
Mereka ini adalah orang-orang yang setia pada iman dan menuruti hukum
Allah serta bersaksi tentang Kristus (14:12). Perempuan itu memang
berhasil dilindungi Allah, keluar dari jangkauan naga. Tetapi
anak-anaknya tetap mudah diserang (bdk. Why 13)
11.5.2. Naga dikalahkan (Why12:7-9)
Kisah
perempuan dan naga diselingi oleh dua sisipan, yaitu kisah peperangan
antara Mikael dan naga ([Why 12:7-9]]) serta nyanyian kemenangan (ay
10-12).
Mikael adalah kepala malaikat Allah. Ia mempunyai tugas melindungi umat pilihan (bdk Dan10:13-21 ; Dan12:1).
Menurut kepercayaan Yahudi, Mikael adalah sosok paling berkuasa setelah
Allah. Ia sering digambarkan sebagai kekuatan adikodrati yang membela
kebaikan melawan setan (bdk Ydt9:1-12 ; Dan10:13-21).
Peperangan
antara Mikhael dengan naga berakhir dengan kemenangan Mikael dan para
malaikatnya. Naga dan para malaikatnya dilemparkan ke bawah (bdk Yoh12:31 ; Luk10:18) sehingga mereka "tidak mendapat tempat lagi di surga" (ay 8; bdk Dan2:3-5).
Mengapa semula Iblis mendapat tempat di surga ? Karena Iblis mempunyai
peranan sebagai "pendakwa" manusia di hadapan Allah (bdk Ayb1:6 ; Ayb2:2). Kekalahannya menyebabkan ia kehilangan peran ini.
11.5.3. Nyanyian kemenangan surgawi (Why12:10-12).
Bagian
ini menggambarkan jatuhnya naga.Meskipun pada bagian sebelumnya
dikatakan bahwa Mikael yang mengusir setan dari surga, nyatanya kidung
ini adalah pujian kemenangan bagi Kristus. Kemenangan atas setan
diperoleh oleh Kristus dengan salib-Nya.
Segala
sesuatu yang dilihat oleh Yohanes di surga sejajar dengan kenyataan di
dunia. Jika di surga kekuatan ilahi menang atas setan, di dunia Kristus
menang atas setan melalui salib. Yohanes menggunakan pola kuno mengenai
hubungan antara peristwia di surga dan di dunia (bdk Yos6:1-27).
Peristiwa yang di surga merupakan pantulan dari peristiwa di dunia.
Wafat Kristus menjadi kemuliaan-Nya, sekaligus menjadi saat jatuhnya
Iblis. Dengan wafat di salib Yesus mengalahkan setan dan diangkat
kembali kepada Allah. Gambaran seperti ini menunjukkan cara pandang
apokaliptik, sebagaimana terdapat dalam Luk10:18
: setan jatuh karena kematian Yesus. Mikael adalah petugas surgawi yang
dapat menyingkirkan setan karena kemenangan sesungguhnya telah terjadi
di salib.
Di
dunia perjuangan melawan Iblis juga terjadi dalam diri para martir ( ay
11) yang menjadi obyek pendakwaannya, tetapi kini telah mengalahkan
setan. Mereka mengalahkan setan oleh darah Anak Domba, yaitu dengan
menyerahkan nyawa mereka. Mereka menghadirkan Kristus melalui kesaksian
iman mereka. Dengan demikian mereka berpartisipasi dengan karya Anak
Domba yang telah mengalahkan kuasa kejahatan dengan karya
penyelamatan-Nya. Dengan demikian Yohanes mau mengatakan bahwa
peperangan melawan Iblis hanya dapat dimenangkan melalui salib. Inilah
satu-satunya model kemenangan kristiani. Kemenangan tidak pernah berarti
pembalasan atas musuh.
Jemaat
Kitab Wahyu diajak untuk berpartisipasi, sebagaimana halnya para
martir, dengan "tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut" (ay
11). Dengan menyatakan bahwa mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai
mati, mereka menunjukkan telah mengasihi Kristus lebih daripada hidup
mereka sendiri.
Kemenangan
kuasa kebaikan melawan Iblis membuat surga bersukacita. Tetapi
orang-orang kristiani di dunia masih harus menderita sebab Iblis
berusaha untuk menimbulkan kerusakan sebesar mungkin, karena waktunya
tinggal sedikit lagi. Mesias memang sudah menang atas kuasa Iblis,
tetapi masih ada waktu singkat sampai pengadilan terakhir. Ini
menjelaskan mengapa sesudah Kristus menang atas maut, orang kristiani
tidak lepas dari penderitaan. Kendati demikian kekuatan jahat itu
dibatasi baik tempatnya (hanya di bumi, ay 9) maupun waktunya (singkat, ay 12)
BAGIAN III : GEREJA SEBAGAI KOMUNITAS ORANG-ORANG YANG BERHARAP.
12.
Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kitab Wahyu dapat
diajukan sebagai model perenungan komunitas kristiani, khususnya
mengenai harapan. Kitab ini muncul ketika Gereja berhadapan dengan dunia
dan pengalaman hidup yang suram, tampaknya tanpa masa depan. Tampaknya
kekuatan jahat jauh lebih perkasa dibandingkan dengan kekuatan kebenaran
dan kebaikan. Dalam keadaan seperti ini Gereja dipaksa untuk mencari
dan menemukan makna pengalaman itu dan menentukan sikap. Mereka yakin
bahwa Allah yang menunjukkan kesetiaan di masa lalu, akan menyatakan
kesetiaan yang sama sepanjang sejarah, sampai akhir. Kesetiaan Allah
itulah yang menjadi jaminan harapan akan akhir yang gilang-gemilang.
13.
Gereja hidup dalam tegangan antara janji dan pemenuhan janji. Itulah
yang jelas terungkap dalam seluruh Kitab Suci : Kitab Suci dibuka dengan
kisah penciptaan dan dosa manusia pertama (Kej 1-3) serta ditutup
dengan kepastian harapan akan masa depan yang gilang-gemilang, "langit
baru bumi baru", ciptaan yang dipulihkan kembali pada kepenuhan sejarah (Why21:1-4). Kisah penciptaan menyatakan bahwa segala sesuatu adalah baik (Kej1:4 ; Kej1:10-12 ; Kej1:17 ; Kej1:21 ; Kej1:25) bahkan amat baik adanya (Kej1:31).
Sementara itu visi mengenai penciptaan atau dunia baru dalam Kitab
Wahyu meneguhkan harapan bahwa akhirnya kejahatan akan dikalahkan dan
"keadilan dan samai sejahtera akan bercium-ciuman" (Mzm85:11; bdk Yes11:4-6 ; Yes25:1-8).
Gereja hidup di antara dua masa yang membentuk sejarah itu. Dalam
sejarah itu, bersama dengan semua orang yang berkehendak baik, Gereja
dipanggil untuk ikut membangun sejarah menurut rencana Allah. Gereja
hidup dalam tegangan antara harapan dan realisme. Dalam keadaan seperti
itu Gereja perlu terus-menerus membaca tanda-tanda jaman, menganalisa
kekuatan-kekuatan merusak yang mengasingkan dunia dan umat manusia dari
kekuatan kasih Allah sambil menawarkan pemikiran, tindakan dan cara
hidup alternatif sebagai representasi harapan [21]. Harapan ini
memberikan motivasi yang kuat dan landasan yang kokoh untuk berjuang
dengan penuh semangat mengarungi kehidupan masa kini dan terlibat dalam
perjuangan menegakkan Kerajaan Allah. Harapan bukanlah sekedar optimisme
yang dilandaskan pada ideologi yang seringkali mengklaim mampu
memecahkan segala macam masalah [22]. Harapan dilandaskan pada keyakinan
iman yang teguh bahwa "Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara
kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus" (Flp1:6);
bahwa Tuhan mengarahkan umat manusia dan seluruh ciptaan menjadi
"kerajaan yang berpedoman kebenaran dan kehidupan kerajaan yang
memancarkan kesucian dan rahmat, kerajaan yang berlimpahkan keadilan,
cinta kasih dan damai" [23]. Harapan ini memberikan kekuatan dan
dorongan kepada siapa pun yang berkehendak baik untuk bertindak :
membaca tanda-tanda jaman dan melibatkan diri dalam usaha untuk
membangun tata kehidupan bersama yang semakin adil dan bersaudara. Ini
adalah perutusan bersama yang mengundang semua orang untuk berbicara
bersama, berprakarsa dan berimaginasi. Perutusan ini juga menuntut iman
yang kokoh dan kasih yang berani. Harapan inilah yang ada di balik
nasihat St. Paulus, " Karena itu saudara-saudaraku yang kekasih,
berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan
! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu
tidak sia-sia" (1Kor15:58).
Oleh: Mgr Prof. Dr. I. Suharyo Pr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar